Connect with us

Budaya Dondang Harus Jadi Aset Bekasi

Berita Terkini

Budaya Dondang Harus Jadi Aset Bekasi

KOTA BEKASI (bekasiundercover.com) – Sejarah budaya Dondang dimulai sejak Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (aksara Sunda: (Ratu Jayadewata) putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M, di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan Pajajaran di Bogor mencapai puncak perkembangannya.

Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa “kapas sapuluh carangka” (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.

“Pare dondang” disebut “panggeres reuma”. Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti “tempat tidur” persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut “dondang” (berayun).

Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, “pare dongdang” atau “penggeres reuma” ini lebih bersifat barang antaran.

Sejarah Dondang inilah yang kemudian menginspirasi Kepala Bapeda Kota Bekasi Jumhana Lutfi yang ingin tetap melestarikan budaya Dondang.

“Dondang harus diangkat menjadi even tingkat Kota Bekasi mudah mudahan untuk tahun depan kita dorong festival lomba adu bedug dan dondang dilaksanakan tingkat Kota Bekasi.”ujar mantan camat Mustika Jaya, Kota Bekasi ini saat memberi sambutan di Festival Bedug dan Dongdang Kecamatan Mustika Jaya.beberapa waktu lalu.

Lebih lanjutnya, Lutfi mengatakan, adu bedug dan dondang harus di budayakan, dengan kegiatan ini bisa bertatap muka atau silaturohim, dan budaya ini harus di pertahankan dan di kembangkan dan dinas pariwisata agar menjadikan kegiatan ini sebagai aset Budaya Kota Bekasi,

Oleh : Ricky Jelly Cr

(Sumber : http://bekasiundercover.com/2016/08/29/dondang-harus-jadi-aset-budaya-kota-bekasi/)

Continue Reading
You may also like...

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Berita Terkini

To Top