Connect with us

PONDOK GEDE 1752

Berita Terkini

PONDOK GEDE 1752

Bekasi(07/12/2017)Pondok Gede merupakan suatu wilayah kecamatan di Kota Bekasi yang berbatasan antara Jakarta dan Bekasi. Nama Pondok Gede menurut informasi yang berkembang dimana – mana berawal dari sebuah bangunan besar yang di bangun sekitar tahun 1775 oleh Pendeta Johannes Hooyman. Dia merupakan seorang Pendeta dan juga ahli Etnografi asal Belanda. Di tanah yang luas yang di milikinya tersebut ia melakukan berbagai percobaan pertanian dan melakukan pengamatan terhadap para petani. Percobaan itu sendiri dilakukan untuk mengetahui tanaman apa saja yang cocok di tanam di tanah jawa, dan bagaimana menyiasati agar tanaman dari negara, pulau, atau benua lain dapat ditanam di Jawa.

Diantara tumbuhan yang berhasil mereka budidayakan di Indonesia adalah tanaman kopi. Awalnya kopi merupakan tanaman yang tidak berhasil di tanam di tanah Indonesia. Namun oleh ilmuwan Belanda, kopi akhirnya berhasil di budidayakan, bahkan menjadi komoditi ekspor utama mereka.

Informasi yang berkembang hingga kini, menyebutkan karena pondoknya yang begitu besar dibandingkan pondok yang menjadi tempat tinggal masyarakat sekitar, pada akhirnya untuk memudahkan menyebut nama suatu daerah, oleh masyarakat disebut Pondok Gedeh, lalu menjadi Pondok Gede. Penyebutan pada suatu bangunan rumah kemudian lambat laun menjadi penyebutan untuk daerah dimana Pondok tersebut berada.

Tetapi kalau merujuk ke ANRI, pada Buku Plakat Kastel Batavia 1602 – 1808 jilid 5 halaman 324, tercatat bahwa pada 1 februari 1746, Gubernur VOC G. W. Van Imhoff mengeluarkan surat izin mengenai pendirian pasar di Bekasi dan Pondok Gede. Yang itu berarti sesungguhnya sebelum 1746, nama Pondok Gede sudah ada. Dan itu juga berarti sebelum Johannes Hooyman membangun rumah, daerah tersebut memang sudah bernama Pondok Gede.

Meskipun begitu, tidak ada salahnya kita membahas suatu pondok yang menjadi icon Pondok Gede, namun di bongkar demi pembangunan ( Sekarang plaza Pondok Gede & Transmart ).

Pondok tersebut sangat panjang dengan atap sangat besar. Lantai satu dibangun dalam gaya Indonesia terbuka dengan serambi pada ketiga sisinya (joglo). Sementara bagian depan yang bertingkat dua dibangun dengan gaya tertutup belanda.

Kepemilikan rumah beserta tanahnya, kemudian beralih ke tuan tanah Leendert Miero alias Juda Leo Ezekielasal Polandia pada tahun 1800. Pengusaha yang memiliki banyak usaha dan rumah di Batavia tersebut meninggal pada 10 mei 1834 dan dimakamkan di pondok. Salah satu bangunannya yang masih digunakan adalah yang kini menjadi gedung Arsip Nasional.

Luas tanah sekitar rumah Hooyman mencapai 325 hektare. Semula merupakan kebun sereh. Setelah berpindah tangan ke CV Handel, beralih menjadi perkebunan karet. Pada tahun 1946 berpindah tangan lagi ke NV Pago Rado dan pada 1962 dibeli oleh TNI AU (Inkopau).

Pada 1987 Inkopau pernah menulis surat kepada Gubernur DKI Jakarta. Isinya tentang rencana pembangunan pusat rekreasi dan pembelanjaan di areal Pondok Gede. Disebutkan, bangunan kuno itu akan dilestarikan bahkan akan menjadi sentra dari taman rekreasi. Namun, bangunan bernilai Historis itu pada tahun 1992 dirobohkan untuk dijadikan mal dan komplek pertokoan, yang sekarang kita kenal dengan Mal Pondok Gede.

Banyak pihak yang menyayangkan tindakan pembongkaran tersebut. Padahal, bangunan itu di lindungi oleh Undang – Undang Kepurbakalaan. Hanya namanya saja yang tetap abadi, sebagai nama jalan penghubung wilayah Jakarta dengan Jawa Barat.

#nap

sumber: Komunitas Historika Bekasi

Continue Reading
You may also like...

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Berita Terkini

To Top